Arti Kemerdekaan Yang Sesungguhnya bagi seorang Muslim yang Beriman.

MEMAKNAI KEMERDEKAAN SEBAGAI SEORANG MUKMIN YANG BERTAKWA


Masih dalam suasana kemerdekaan Indonesia yang ke 77 tahun. yang begitu ramai dilaksanakan diberbagai tempat di semua wilayah di Indonesia.

Semua orang berantusias dalam merayakan kemerdekaan yang hanya datang 1x dalam setahun, ada yang mengadakan karnaval berkeliling desa, ada yang mengadakan berbagai lomba seperti, Panjat Pinang, Lomba makan kerupuk, balap karung dan masih banyak lagi.

Kemerdekaan secara etimologi merdeka berarti bebas. Kemerdekaan artinya kebebasan. Sedangkan secara terminologi, merdeka dapat diartikan dengan bebas dari segala penjajah dan penjajahan.

Namun, dalam kesemarakannya, terdepat beberapa pertanyaan yang terbesit dalam benak kita. apakah arti kemerdekaan itu? Bagaimana seharusnya kita menyikapi makna kemerdekaan yang sebenarnya? dan bagaimana kita memahami kemerdekaan sebagai orang yang beriman?

Manusia adalah mahluk yang bebas/merdeka sejak ia dilahirkan. Dalam lain paradigma, manusia adalah mahluk merdeka ketika ia berhadapan dengan sesamanya. Karena manusia diciptkan oleh-Nya, maka manusia akan menjadi hamba ketika ia berhadapan dengan Tuhannya. Dengan begitu dapat dipahami bahwa, manusia tidak bisa dan tidak boleh menjadi budak orang lain. Perbudakan antar manusia sama artinya dengan melanggar hak Tuhan

Kemerdekaan manusia dalam Islam sudah diperoleh semenjak ia dilahrikan dari rahim seorang ibu. Maka dari itu  tidak dibenarkan seseorang memperbudak sesamanya atas dasar kekuasaan apapun. Pendapat inipun diimplementasikan oleh para Nabi utusan Allah melalui perintah-perintahnya kepada manusia untuk membebaskan sistem perbudakan dengan petunjuknya.

Dalam sebuah riwayat yang dikutip dari Al-Jihad Sabiluna disebutkan, ketika Rib’i Bin Amir r.a, salah seorang utusan pasukan Islam dalam perang Qadishiyah ditanya perihal kedatanganya oleh Rustum (panglima pasukan Persia), ia menjawab:

“Allah mengutus kami untuk memerdekakan manusia dari penghambaan manusia dengan manusia menuju penghambaan manusia kepada Rabb manusia, dari sempitnya kehidupan dunia kepada kelapangannya, dari ketidakadilan agama-agama yang ada  kepada keadilan Islam.”


wallahu a'lam bishawab
LihatTutupKomentar